Kisah Mengharukan Nenek Berusia 97 Tahun Melihat 'Masa Depan' di Kantor Google - SAKURA NETIZEN

Breaking

Home Top Ad

poker online terbaru

Monday, October 26, 2015

Kisah Mengharukan Nenek Berusia 97 Tahun Melihat 'Masa Depan' di Kantor Google


Main Poker Online - Setiap manusia itu selalu mempunyai keinginan 'terliarnya'. Rasa yang terpendam dan muskil diwujudkan, bahkan sebelum nyawa meninggalkan badan, asa itu tetap ada. Oleh sebab itu, sebuah organisasi nirlaba untuk para lanjut usia, 'Wish of a Lifetime' mewujudkan hal itu.
Salah satu adalah yang beruntung untuk mewujudkan mimpinya adalah Olive Horrell. seorang Nenek yang berusia 97 tahun itu mempunyai mimpi liarnya sebelum ia meninggal, yaitu ingin melihat masa depan.

Sebagai pendonor terbesar organisasi itu, co-founder Google, Sergey Brin langsung menyambut permohonan tersebut. Nenek Olive pun dibawa mengunjungi sebuah markas perusahaan mesin pencari, inovator terbesar di dunia itu.

Yang pertama Raksasa Google tawarkan adalah Project Cardboard, sebuah virtual-reality headset. Semacam permainan View-Master yang ngetren pada 1980-an.

"Tapi, ini kan produk lama! Jauh sebelum kalian lahir, aku sudah tahu alat ini," kata Olive kepada para staf ketika ia diperkenalkan dengan alat tersebut, seperti yang dilansir dari CNN Money, pada hari Minggu 25 Oktober 2015.

Mereka lalu memasangkan headphones di telinganya. Nenek Olive akhirnya mau melihat alat itu. Tak beberapa lama, mulutnya menganga. Ia memutar kursi rodanya, berteriak-teriak dan 'menunjuk' objek yang ia lihat lewat cardboard canggih itu.

Ketika 'pertunjukan' selesai, Olive memandang para staf dan tak bisa berkata apa-apa.

"Sungguh, luar biasa. Tapi tetap saja aku tak bisa mengerti," akhirnya ia berkata. "Ada kuda. Aku yakin aku tadi menyentuh kuda," katanya.
Perempuan Penuh Petualang

Nenek Olive dibesarkan di sebuah pertanian di pedalaman Montana, Amerika Serikat. Masa kecilnya dulu tidak ada listrik, tidak tahu apa itu radio dan menghabiskan hari-harinya mengendarai kuda serta bersama anak sapi. lalu Ia pindah ke California di usia 8 tahun dan mengalami Great Depression, sekaligus saksi mata bagaimana teknologi berkembang.

Ia masih teringat pertama kali melihat komputer. Keyboard besar-besar dan ukuran layar yang luas.

Sekarang, ia di tempat Google, salah satu perusahaan terbesar dan paling inovatif dalam teknologi di dunia. Ia berbicara dengan para petinggi apa itu The Cloud. nenek Olive ingin tahu apa itu dan mengapa 'ada di atas sana'.

Sebelumnya, nenek Olive bahkan mengendarai mobil canggih yang bisa menyupir otomatis. Ia senang, namun yang paling mengesankan saat mengunjungi Departemen Google Doodle, sebuah 'museum' dan arsip yang menghiasi laman Google setiap harinya.

Di sana, Nenek Olive membuat doodle-nya sendiri dengan stylus dan komputer layar sentuh.

Setelah 'misinya' selesai, Nenek Olive duduk bersama 20 ribu karyawan Google. Dan berbincang-bincang. "Semua ini mengingatkanku pada masa-masa di kampus. Kalian, tidak perlu menjadi dewasa," kenang nenek Olive.

Perempuan yang masa mudanya dihabisi dengan berpetualang main kayak dan mendaki gunung di Nepal itu mengaku sangat terpesona dengan kemampuan Google Translate. Ia juga menguji coba sendok Liftwear, yang dirancang untuk membantu orang dengan tremor agar bisa makan sendiri.

Kemudian nenek Olive menyaksikan dengan mimik tidak percaya, bagaimana deteksi wajah Google Photo tahu bayi di foto adalah orang yang sama dengan seorang gadis berusia tiga belas tahun.

"Dorong tombol dan Anda memiliki sejarah tepat di depan Anda," katanya. "Ini sangat membingungkan bagiku."

Bagi karyawan Google dan lain-lain yang berurusan dengan teknologi setiap hari adalah kesempatan untuk melihat teknologi modern melalui mata segar.  Namun, bagi nenek Olive, itu bukan sekadar teknologi futuristik, tetapi ia berterima kasih kepada seseorang atas kebaikan yang diterimanya.


"Kau seperti jiwa yang lembut, senang bertemu denganmu," kata nenek Olive dengan emosional kepada Jeremy Bloom, pendiri dan penemu Lifetime. Mereka saling berpegangan tangan. nenek Olive mengucapkan terima kasih untuk hari itu. "Tentu saja dalam mimpi terliarku, sebelum mati, aku ingin melihat masa depan. Hari ini, aku tidak bisa membayangkannya lagi,"  ujarnya dengan penuh haru...

No comments:

Post a Comment

Pages